Dapat uang melalui internet

BELAJAR IKHLAS DAN SABAR DI SETIAP COBAAN

20 Feb 2014
Red Devil, Pacapaku, Sepeda Motor Supra X 125, Jaswan
The Red Devil | Motor Saya
Belajar Ikhlas memang sangat sulit untuk diterapkan. Khusunya bagi yang sedang tertimpa banyak masalah dan musibah. Ikhlas adalah sifat menerima, tabah, dan rela. Namun pada kenyataannya, kebanyakan dari kita khususnya saya sendiri sangat sulit untuk menerapkannya.

Hari Sabtu tanggal 10 Februari 2014 kemarin. Saya juga keluarga besar saya sedang berduka. Hari itu mungkin akan tetap kita kenang selama hidup, khususnya saya sendiri. Tentang kejadian yang tidak akan dapat terlupakan begitu saja. Karena salah satu benda kesayangan saya, idaman saya, dan impian saya raib digondol oleh orang yang tidak bertanggung jawab saat saya akan berangkat menuju warnet. Iya, walaupun saya sudah mengunci ganda motor saya, tetap saja orang yang tidak bertanggung jawab itu berhasil membawa lari kendaraan bermotor yang sering saya juluki "Red Devil" itu.

Kronologi Hilangnnya Red Devil

Kejadian itu terjadi saat saya sedang membeli beberapa bungkus manisan di toko camilan. Sekitar pukul 08.10 WIB, saya sudah berada ditengah-tengah Kecamatan Balung. Ini aktifitas saya setiap hari. Sebelum berangkat menuju warnet, saya biasa menyempatkan membeli manisan di toko camilan langganan saya. Hampir setiap hari saya membeli manisan di toko camilan tersebut. Tidaklah lama, saya hanya menggunakan waktu kurang dari lima menit. Karena saya hanya membeli tiga bungkus manisan saja.

Begitu juga dengan si Maling. Mereka memaksa membuka kunci motor saya juga sangat cepat, dalam hitungan detik saja. Saat saya bergegas keluar, saya kaget. Pasalnya motor yang sisa kreditannya kurang 8 kali angsuran itu menghilang dari tempatnya. Hati saya mulai berkecamuk bercampur bingung. "Kemana motor saya?" pertanyaan itu yang kerap terlontar dalam fikiran saya. Seketika saja toko camilan itu heboh oleh sebuah rekaman video yang merekam kejadian di luar toko saat beberapa menit setelah saya masuk ke dalam toko. Video yang dihasilkan oleh camera cctv bagian luar toko itu sangat jelas. Motor saya musnah di gondol oleh dua orang berhelm. Maling itu mengendarai sepeda motor. Namun karena jaraknya yang cukup jauh, jadi cctv tidak dapat menjangkau secara jelas sepeda motor apa, dan bernomor polisi berapa kendaraan yang digunakan si Maling.

Saya berlari menuju kantor polisi terdekat, melaporkan apa yang sudah terjadi. Namun, saya ditolak. Rintihan saya tidak digubris sebelum saya menyerahkan surat resmi pengantar dari pihak bank pembiyaan yang dulu pernah menjalin kontrak pembayaran terhadap sepeda motor saya. Saya kembali berlari menuju kantor bank tersebut untuk meminta surat pernyataan penangguhan BPKB. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya surat tersebut selesai. Saya kembali membawa surat tersebut ke kantor polisi. Dan dari introgasi dan olah TKP beberapa jam akhirnya saya mendapatkan surat laporan kehilangan dari kepolisisan. Dan polisipun turut mengabadikan video tersebut sebagai barang bukti.

Dan ini yang paling sulit bagi saya. Biar bagaimanapun mama saya di rumah harus tau apa yang sudah terjadi. Saya memang sengaja tidak memberitahu beliau, karena saya takut beliau akan tambah kepikiran dengan kondisi saya. Mama melongo melihat saya yang seharusnya bekerja, mendadak pulang tanpa mengendarai motornya sendiri. Kali ini saya diantar oleh salah seorang teman. "Loh, le, kok wes muleh yahmene?" sapa mama saya sesaat setelah tiba di rumah. Saya mencoba untuk berbicara lebih tenang, walau pada kenyataannya, pada ketenangan saya berkecamuk perasaan yang tidak karuan adanya. Ada penyesalan, kekecewaan, dan kesedihan yang terang membuncah seketika, begitu juga pahlawan wanitaku yang sekarang ini sedang duduk berdiskusi denganku. Mama, kali ini diriku membuatmu menangis lagi. Maafkan.

Lalu, bagaimana dengan ayah saya? Jujur saya bingung menata tiap kata dalam kalimat per kalimat. Beliau pasti marah besar dengan kejadian pagi ini. Saya sudah membayangkan bagaimana raut muka kecewa lelaki yang mulai rapuh itu. Saya tidak sanggup untuk berbicara. Akhirnya mama-lah yang selalu jadi penengah diantara ketegangan kami. Dan beliau mengerti. Rupanya tutur kata mama mampu melunakkannya.

Red Devil, Pacapaku, Sepeda Motor Supra X 125, Jaswan
Proses Pengajuan Ansuransi Oleh Pihak Bank

Dua hari berikutnya, hari-hari saya mulai disibukkan dengan mengurus ansuransi di bank pembiayaan. Biar bagaimanapun saya harus mengurusi ansuransi sepeda motor yang telah hilang tersebut. Setidaknya besar royalti yang sudah saya bayarkan selama lebih dari dua tahun ini kembali, walaupun mustahil bisa kembali seluruhnya.

Ternyata mengurus administrasi guna pengajuan ansuransi sangatlah rumit. Pertama saya harus mendapatkan persetujuan orang tua, dan yang paling sulit adalah tanda tangan ayah, karena posisi ayah saat itu sedang berada di Surabaya. Saya meminta pihak bank untuk bersabar, dan pihak bank menyetujuinya. Setelah menunggu satu hari, ayah tiba di rumah dengan raut kekecewaannya. Namun kali ini lebih lunak, mungkin beliau mengerti bagaimana keadaan saya yang sudah beberapa hari tidak enak makan.

Tanda tangan selesai, lalu saya kembali lagi ke bank. Dari bank saya disuruh untuk mengurus Surat Kaditserse dan Surat Dinas ke Polres Jember. Baiklah, ini awal usaha saya. Dan ternyata mengurus dua surat tersebut tidaklah mudah, saya harus belajar bersabar mengurusu prosesnya. Saya harus berjalan kesana kemari guna mencari bagian layanan ansuransi. Beruntung saya tidak sampai menunggu beberapa hari, itupun karena saya memasang wajah melas kepada kepala bagiannya. Sehari itu saja dua surat itu berhasil saya dapatkan.

Saya kembali ke bank, menyerahkan surat-surat yang sudah saya dapatkan dari Polres. Selanjutnya perjalanan saya tertuju ke Kantor Samsat, yaitu untuk proses memblokir sepeda motor. Saya kembali kebingungan, hampir putus asa. Kantornya luas, dan mencari bagian blokir juga susah. Karena kedatangan saya tepat pada waktu istirahat, jelas kepala bagiannya sulit untuk di ajak kompromi. Saya hanya sabar menunggu di lobi Samsat. Menanti petugas berbaju hitam putih itu kembali ke tempat duduknya. Nama saya dipanggil, saya menjelaskan maksud kedatangan saya kepada salah seorang petugas layanan blokir. Simple saja, saya hanya disuruh menuliskan nama dan nomor hape. Lalu saya disuruh kembali pulang dan validasinya menunggu telpon dari pihak Samsat sendiri. Menurut penuturan pihak bank, proses ini yang lama, bisa memakan waktu hingga dua bulan. Lama memang, namun apa yang dapat saya lakukan selain pasrah dan menunggu.

Dan sampai saat tulisan ini saya publis, saya belum mendapat kepastian dari pihak-pihak tersebut. Yang amat saya sesalkan, kenapa rumit sekali mengurus ansuransi? Padahal saat saya mengambil motor dulu, administrasinya tidaklah serumit ini. Saya hanya berharap semoga semuanya lancar dan segera selesai.
***

Red Devil, Pacapaku, Sepeda Motor Supra X 125, Jaswan
David juga sangat menyukai Red Devil
Red Devil, Pacapaku, Sepeda Motor Supra X 125, Jaswan
Red Devil pernah menciptakan kenangan
Red Devil, Pacapaku, Sepeda Motor Supra X 125, Jaswan
Red Devil saat turut menemani happy camp di Bukit Maelang
Kembali ke Ikhlas. Saya amat yakin Tuhan tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan hambanya. Saya masih sangat yakin se-yakin-nya, seperti juga saat ini, saya masih yakin dengan kepercayaan dan agama saya. Pada kenyataannya masih banyak orang yang lebih susah dari kejadian yang saya alami. Contoh nyata saja, diluar sana masih banyak yang kehilangan ketenangan sehingga mereka harus mengungsi berdesak-desakan karena abu vulkanik. Ya Allah, ini rencanamu untuk menambah derajat kami, dan pasti ada hal yang indah dan membahagiakan yang Engkau rencanakan. Amin.

12 komentar:

  1. semoga motornya ketemu... *ikut sedih..*
    ikhlas..emang gampang diucapkan... tapi sulit di jalankan....

    BalasHapus
  2. turut berduka cita mas. semoga mas dpt bnr2 mengikhlaskan dan mdpt ganti yg jaaaauh lbh baik.

    BalasHapus
  3. Walahh, gitu ndak cerita kang... Turut sedih tentang hal ini. :-(

    BalasHapus
  4. astaghfirullah .. jahat bgt yg ambil >.<
    iyaaa itu kemaran si Semi, mirip2 lah ... Motor Li yg Bredi jg ilang di kampus, persis kayak kisah km, pdhdl udah digembok tapi kok ngilang >.< maling skrg canggih2 yaaa... tp gak pny perasaan! kredit motor itu susaaaah >.< kudu ngirit biar bs bayar cicilan >.<

    moga diberi ganti yg lebih baik... sgeera... aamiin

    BalasHapus
  5. Sedih juga membacanya... rasanya semakin gak yakin dengan keamanan di lingkungan kita sendiri. Tiap hari selalu ada aja berita2 semacam ini ya?

    Semoga saja akan segera mendapatkan pengganti yang lebih baik.
    Memang hanya ikhlas dan sabar yang dapat menolong kita untuk keluar dari rasa sedih yang berkepanjangan.

    BalasHapus
  6. semua hal yang terjadi pasti ada hikmahnya ya :)

    BalasHapus
  7. yang beginilah ini yang membuat image asuransi jadi jelek di mata masyarakat....karena untuk urus komplain ...benar2 dipersulit....,
    yang sabar saja ya...anggaplah ini semua ujian dari Sang Khaliq........,
    semua ini ada hikmahnya....keep happy blogging always,,,,salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
  8. balajar ikhlas dan sabar ini ternyata lebih sulit dari pelajaran sekalah or kuliah ya mas...

    BalasHapus
  9. Mungkin kalau untuk kehilangan Barng yang berharga, sulit bagi kita untuk meng ikhlas kannya dalam waktu yang singkat. Ikhlas bukan hanya dari ucapan tapi hati yang terpenting apakah sudah benar ikhlas. Kita harus ingat apapun yang terjadi mungkin ini sebagai ujian dari yang maha kuasa apabila ujian tersebut kita berhasil melewatinya pasti Allah akan menggantinya :)
    Semangat

    BalasHapus
  10. proses menuju ikhlas itu sangat panjang dan rumit.
    tetep tabah ya bos

    BalasHapus
  11. Ikhlas dan sabar adalah hal tersulit dalam hidup

    BalasHapus