Ketika saya masih kanak-kanak dulu, saya sering diajak oleh nenek untuk menyaksikan salah satu film kolosal di salah satu stasiun televisi. Masih ingat bukan dengan film macam Tutur Tinular, Dendam Nyi Pelet, Misteri Gunung Merapi (Mak Lampir), dan Angling Dharma?. Film-film tersebut sering mewarnai progam-progam acara di layar kaca, bahkan tidak tanggung-tanggung acara tersebut hadir di setiap harinya.
Saya begitu antusias dan bersemangat sekali saat setelah Magrib tiba. Setelah saya pulang mengaji dan menyelesaikan tugas hafalan berhitung dengan Mama. Saya pun riang gembira melangkahkan kaki menuju kediaman salah satu tetangga saya yang mempunyai televisi berukuran cukup lebar dan mempunyai banyak warna. Suasana yang beginilah yang sering saya tunggu-tunggu. Selain saya bisa bebas dari menulis dan berhitung angka-angka, saya juga bebas memainkan khayalan saya untuk menjadi seorang pendekar aliran putih yang sakti sekaligus dapat menumpas segala kejahatan di muka bumi.
Menjadi seorang pendekar adalah merupakan khayalan. Karena menurut saya, menjadi seorang pendekar yang selalu membela kebenaran adalah merupakan tindakan yang mulia. Memiliki olah kanuragan yang kuat, pedang yang sakti, kuda yang tangguh, dan mempunyai ilmu terbang serta menghilang. Pasti musuh akan kalah bahkan lari terbirit-birit karena ketakutan dengan ketangkasan saya.
Khayalan itu merambat dengan sangat cepat dalam diri saya. Dengan sekuat tenaga saya mencoba mewujudkannya, namun hasilnya gagal. Bahkan setelah pulang sekolah saya sering bermain petak umpet dengan Mama guna menghindari jadual makan dan tidur siang. Saat kondisi sudah sepi, saya beranjak menemui teman-teman saya yang sudah menunggu di belakang rumah.
Membuka pintu kamar secara diam-diam dan mengambil sebilah batang pohon kopi untuk saya jadikan pedang saat saya bermain perang-perangan dengan teman-teman. Seandainya saya dapat menghilang layaknya Prabu Angling Dharma pasti saya akan dengan sangat mudah keluar dari rumah untuk membolos dari tidur siang.
Berkumpul dengan teman-teman adalah hal yang begitu saya tunggu. Karena hanya dengan merekalah saya dapat dengan bebas melampiaskan khayalan saya untuk menjadi seorang pendekar yang tangguh tiada tandingan. Namun sungguh sangat hebat gejolak yang saya dan teman-teman dapatkan. Saya dengan teman-teman bagaikan sekumpulan kru perfilman yang luar biasa. Kita bersama dapat menciptakan dialog dengan cepat tanpa Sutradara. Kita juga dapat dengan akurat melakukan adegan demi adegan yang memuaskan tanpa ada Produser dan Tim Creative. Dan kita semua dapat dengan sukses menuntaskan episode dengan hasil yang memuaskan tanpa sinopsis. Hebat bukan?.
Bermain dengan khayalan memanglah indah. Kita bebas memilih apapun yang ingin kita khatyalkan. Cerita ini hanyalah sebagian dari beberapa hal yang sempat saya khayalkan. Berkhayal yang dapat membuat saya sedikit tertawa bila mengingatnya. Namun itulah anugrah hidup di masa kecil. Dimana pada masa itu kita bebas melakukan apapun yang kita mau tanpa ada yang melarang.
makasih yaa Mas.. sudah tercatat sebagai peserta GA khayalanku
BalasHapusSama-sama Mbk.
HapusSukses juga untuk menjurinya ya.
kalo aq dulu pernah berkhayal jadi Tuxido Bertopeng.. ngerti opo ora cak? hihi...
BalasHapusPahlawan opo kui cak.
HapusPower Ranger ta?. Hahahaaa.
Wah jangan sampai ada sebuah kepandaian manusia bisa hilang macam pendekar sam. Bahaya nih, para terpidana pasti banyak yang memanfaatkan
BalasHapussukses GA-nya ya
Makasih sam.
HapusJadinya terali besinya gak laku yo sam. Hehee.
Kita ketemu di lapangan
BalasHapusSaya berkhayal menjadi pendekar tandingan dari seberang sungai
maju kalau berani ha ha ha ha
Semoga berjaya dalam GA
Salam hangat dari Surabaya
Heheee Pakdhe onok onok wae.
HapusMari kisanak, majulah.
Jadi inget jaman anak-anak senang berkhayal jadi pendekar. loncat dari pohon nyangsang. he,,, he,,, he,,,,
BalasHapusSalam
Loh kok bisa nyangsang to Kang.
HapusPiye to... olah kanuragannya yang ampuh ya.
Betul sekali Pak.
BalasHapusSaya gak merasa kok bisa sebesar sekarang ini loh ya.
Sekarang kan juga sudah jadi Pendekar nih --- Pendekar nge-blog, hehe...Smg sukses GA-nya.
BalasHapusAlhamdulillah sesuatu sekali ya Nda.
HapusMaturnuwun sudah kemari.
sepertinya kita semua pernah berkhayal jadi pendekar atau super hero ya....selamat berlomba..semoga menjadi yang terbaik...salam :-)
BalasHapusTerimakasih Pak Hariyanto.
HapusSalam sukses kembali.
Pendekar di film atau di rumah nih?
BalasHapusPendekar kamar mandi Nda.
HapusHeheheee.
hehe, aku juga dulu suka nonton film kolosal di tv, tapi pengen jadi pendekarnya pendekar yg di china itu :D kerenn bisa terbang haha
BalasHapusJangan tinggi tinggi terbangnya Mbk, nanti jatuhnya biar gak sakit.
Hapussemoga menang ya di GAnya Noorma
BalasHapusTerimakasih Mbk Lidya.
HapusWaktu kecil, apa saja yang kita baca dan lihat, kalau menurut kita keren, pasti berkhayal ya, Mas. Gara-gara sering baca Kho Ping Ho dan Ganes TH, dulu saya juga pernah berkhayal jadi pendekar
BalasHapusKhayalan kita sama ya Bu.
HapusHeheee saya ada temannya ternyata.
aku dulu pengen jadi kuda putih nya tong sam cong. hehee.. gak mbois ya.. wkwk
BalasHapusLoh kook malah pingin jadi hewan Mbk Lukcy.
HapusAhhh benar benar gak boys dong.
kalo pendekar di film film dulu keren keren.. kalo pendekar di film sekarang ?? errrr
BalasHapusPokok jangan sampai bikin mual ya Mas.
HapusSelamat pagi sahabat tercinta,
BalasHapusDengan gembira saya sampaikan bahwa Anda menjadi salah satu pemenang pada Kuis Tebak Nama Model BlogCamp Group.
Silahkan cek di http://abdulcholik.com/2013/10/03/lebih-dekat-dengan-muna-sungkar/
Selanjutnya kirimkan nama,alamat lengkap, no.HP via email ke : decholik@gmail.com
Terima kasih
Salam hangat dari Surabaya
Saya sudah kirimkan alamat lengkap melalui email pakdhe.
HapusMatur nuwun njih.
haha.. kalo dulu yang ngajak nonton bukan nenek tapi ibu dan bapak :D
BalasHapusmemang film kolosal dulu terlihat lebih menarik tak seperti film kolosal yang sekarang yang terlalu mengada-ngada :D
Lebih fantastik ya Om, sekarang lebih modern kali.
HapusHahaha, gambare yang jadi jaka tingkir. Dulu pas awal muncul karaktere tenang diem, sekarang main ftv jadi orang bego.
BalasHapusaku dulu suka di panggil Mantili, tau gak? heheh
BalasHapuskalo anda sebagai pendejar, sy akan takut jika bergelut. hihihi
BalasHapussalam kenal... kunjungan perdan kawan..
tak kiro pendekar iku singkatane pendek tapi mekar jas, ternyata ora :D
BalasHapusjuoszzz....
BalasHapusikutan ah.. *msh nyimak*