Tidak ada yang bisa ku perbuat. Juga tidak banyak yang bisa kulakukan. Mungkin hanya secarik tulisan yang tiada bernilai ini yang dapat aku persembahkan untukmu. Teruntuk mata jingga yang jauh disana. Semoga dirimu tetap pada hatimu yang teguh dan kuat menjaga jalinan ini.
Aku bukanlah seorang Damarwulan, dan engkau juga bukan Puteri Anjasmara. Yang kisah keduanya abadi dalam kisah murkanya Minak Jinggo dan gagahnya Ratu Ayu Kencana Wungu. Aku juga bukan Arya Dwi Pangga. Yang setiap kata yang keluar dari bibirnya, menjadi merdu dan nyaman untuk di dengarkan.
Berusahalah setia menjadi bait dalam setiap tulisanku. Dan siagalah dalam setiap topik yang selalu kuceritakan. Bahagialah karena kita termasuk dalam umat yang menemukan cinta. Karena cinta sudah banyak orang yang membicarakan, namun jarang orang yang menemukannya. Itulah mengapa cinta laksana hantu yang bergentayangan, yang selalu menggoda dan merayu manusia.
Seandainya aku mampu menentukan nasip. Akan aku putar semua memori kita yang dulu sempat ku umbar demi mengalahkan perasaanmu. Juga akan aku gambar dalam setiap kertas yang berhasil aku dapatkan. Agar tidak ada lagi gambar di dunia ini selain gambar manismu.
Namun aku hanya dapat pasrah dengan keadaan. Bahwa masih banyak gambar di dunia ini selain gambarmu. Bila saja aku bisa bertemu dengan Damarwulan. Akan aku pinjam sebilah arit yang biasa di buatnya untuk menebas rumput untuk kuda-kuda Patih Loh Gender. Akan aku robek, ku musnahkan, dan ku bakar gambar-gambar itu hingga hanya menyisakan gambarmu saja.
Sayang, teduh wajahmu memang tiada yang bisa menandingi. Sekalipun jelitanya Ratu Kencana Wungu sang penguasa Majapahit. Yang setiap langkahnya selalu membuat Kebo Marcuet terperanga menyaksikannya. Dan tetap saja, sang Ratu tidak dapat menerimanya hingga membuat dendam kesumat yang tiada henti.
Jangan. Jangan kau ulangi sikap biadapmu sayang. Karena bila saja kau tak kembali, mungkin hingga kini aku tidak bisa berdiri untuk menggemgam tangan kirimu dan merangkulmu dengan tangan kananku. Kita menari diatas tangisan kisah-kisah kita yang lalu. Lalu kita tersenyum melewati setiap hal yang membuat hari-hari kita menyenangkan.
Terimakasih Jafar (Jaswan & Farida)
Kirrrr....Langsung diresmikan saja mas, biar tidak ada lagi rahwana yang menculik dewi shinta. Susah nyari hanoman untuk menyelamatkan dewi shinta jaman sekarang :D yang ada hanoman makan pisang he he.. :P
BalasHapusHehee terimakasih mas Husni Dharmawan.
HapusMungkin Hanomannya pengsiun kali ya...
Wew, romatis banget, iku calon pendampingnya sampean y, cak :)
BalasHapusDo'akan saja Kang...
HapusNanti tak undang untuk jadi dayang-dayang nya...
Saya gak pernah lihat damarwulan ituh. Kamu apal banget ya sejarah2. Sampai Kebo Marcuet mbarang. :D
BalasHapusEh, kalian udah nikah ya, Mas?
Masih mau nikah, dik Idah :) # bener ora, cak
HapusMinta do'anya saja Mbk Idah dan Kang Sofyan.
HapusSaya suka sejarah memang Mbk.
Kita kan tidak boleh melupakan sejarah..
Ya to,
wkwk, ternyata wong iki romantis toh, hehe
BalasHapusndang disunting mas, mumpung durung kedisik'an wong liyo, hehe
Wes tak pesen kok sam.
HapusJadi tenang wae...
ihhierrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...
BalasHapusKenapa Mbk Hanna.
HapusDuh jadi malu...
cie...cie.. ditunggu postingan pernikahannya ya
BalasHapusInsyaallah mas...
HapusDo'akan saja ya...
Aiihhh.. mas Jaswan romantis deeh.
BalasHapusCuma sekedar berimajinasi saja kok Bunda.
HapusThank you ya...
ehhmm..ehhmm..co cuuiitttt... :))
BalasHapusKenapa Mbk Enny M.?
HapusBiasah anak muda ya gini deh..
Hehehee
Aiiihhhhh.. so sweeeeetttt.. manis banget deretan kalimatnya..
BalasHapushayuukk ndang nyebar undangan :)
Doakan saja ya Mbk Yu..
HapusMakasih sudah berkunjung..
Saya taunya cerita HANUMAN sama SEMAR (lima sekawan aja). Sering juga sih dengar cerita tentang kisah Damar Wulan (Minak Djinggo?).
BalasHapusMari kita lestarikan sejarah cerita cerita rakyat Mas Asep.
Hapustambah siip ae Kang meramu kaka-katane :-)
BalasHapusehh, ojo suwi2. wes ndang disebar undangane.hahahaa
Hemmm nanti aja Kang, sek pengen seneng seneng disek.
HapusHahhaaa