Setiap manusia pasti punya kesenangan (hobi). Hobi setiap manusia juga beragam. Mulai dari menulis, memasak, membaca, fotographi, dan masih banyak lagi. Sahabat semua pasti pernah merasakan bagaimana enjoynya menikmati dan merasakan hobi tersebut! Begitu pula saya sendiri, saya bak merasakan sesuatu yang baru, semangat baru, serta kehidupan baru. Saya sangat bahagia.
Berdasarkan pengalaman pribadi saya, kadang kala hobi tidak timbul dan terasa saat kita masih kecil. Namun kadang pada saat kita sudah berusia cukup dewasa. Hobi akan sangat terasa sangat berpengaruh terhadap hidup kita semua. Kita akan merasa sangat mencintai dan memperjuangkan hobi tersebut.
Hobi juga muncul atas keinginan yang sudah lama terpendam, namun belum juga bisa terlaksana. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, diantara yang paling dominan adalah kesibukan. Iya, kesibukan memang banyak berpengaruh dalam hidup kita, terutama bagi kesehatan tubuh kita. Yang pasti setiap manusia pasti memiliki suatu kegiatan yang dicintai dengan hati.
Tepatnya 7 (tujuh) tahun yang lalu, saya begitu gandrung sekali dengan yang namanya Radio. Iya, walaupun hanyalah radio amatiran. Saya tetap menghargainya dengan sepenuh hati. Di desa tempat saya tinggal, yaitu Karang Duren, dahulu pernah terdapat 2 buah radio amatir. Yaitu RIDA FM (Radio Idaman Anda) dan HIRA FM (Hiburan Rakyat). Sahabat tentunya tau sendiri, bagaimana kondisi radio amatir yang ada di desa? Pastinya tempatnya kecil, progam acaranya sederhana, juga jadual terbangnyapun terbatas.
Namun dari kedua radio tersebut, saya lebih dominan enjoy menikmati RIDA. Awalnya, saya hanya menjadi fans saja. Saya membeli atensi di tempat salah satu crew yang sudah di tunjuk oleh radio tersebut. Harganya murah, hanya dengan Rp 1.000,- saya bisa mendapatkan 4 lembar atensi. Atensi tersebut berbentuk persegi panjang yang tak seberapa lebar. Disitu tercantum Nama, Alamat, Greting / Salam, dan Reques lagu. Dibagian pojok atas terdapat kolom acara yang dapat kita isi dengan progam acara yang kita ikuti. Setelah semuanya terisi, maka atensi yang sudah saya isi tadi saya kembalikan lagi ke tempat saya membelinya. Perjuangan saya bukan sampai disini, saya harus pasang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan sang Announcer membacakan beberapa atensi termasuk atensi yang telah saya kirimkan. Senangnya hati bila pemandu acara bersedia menuruti permintaan lagu saya.
Setelah beberapa bulan berlangsung, dan dari beberapa atensi yang telah saya kirimkan, nama saya semakin banyak dikenal. Uhuy, seakan menjadi artis dadakan, hehee. Akhirnya saya memberanikan diri untuk datang ke studionya, serta mengikuti jumpa fans dengan para fans yang lain. Saya merasa ini hobi baru yang merubah kehidupan saya yang lebih seru.
Saya semakin sering datang ke studio, saya semakin akrab dengan beberapa crew dan penyiar yang lainnya. Hingga saya rela begadang dan tidur di studio. Lewat Radio saya semakin mengenal banyak orang dan di kenal oleh banyak orang. Saya menikmatinya.
Karena termasuk radio amatir, maka jadual siarnya pun juga morat-marit. Lebih tidak karuan lagi bila musim panen raya tiba, hampir seluruh penyiar disibukkan dengan kegiatan di ladang. Maklumlah kita kan memiliki embel-embel orang ndeso, hehee. Jadi harus memanfaatkan ladang sebagai penyambung kebutuhan kita sehari-hari.
Kita harus berkorban, khususnya untuk segenap para fans yang lainnya. Karena kita harus rela berbesar hati berjam-jam mendengarkan radio kesayangannya hanya memutar lagu-lagu saja, tanpa ada sang pemandu acara. Mereka beralasan terlalu capek karena aktifitas diladang seharian. Baiklah, saya menenggelamkan kekecewaan dalam-dalam. Dalam fikiran saya, sudah ada media yang menarik namun harus terbengkalai begitu saja karena aktifitas para crewnya yang sangat padat.
Salah seorang teman menyadarkan saya. "Jas, kenapa tidak kamu saja yang mengisi jam-jam kosong di studio?". Jujur saat itu angan saya langsung terbang, membayangkan bila benar-benar saya yang berada di depan gelombang radio itu. Memegang microphone, memasang headset, mengtracking lagu, dan mulai berbicara. "Apa yang harus saya lakukan?", "Apa yang harus saya bicarakan?". Semuanya terasa hambyar di fikiran saya.
Pagi, Mama membawakan sarapan untuk saya. Biasalah anak lelakinya ini memang terlalu manja. Beliau menasehatiku untuk tetap bersemangat dalam meraih harapan. "Ojo ngomong ora iso le, kabeh ono dalane, tergantung awakmu nggolek'ine meyang endi!". Ada benarnya, saya harus semangat, saya harus bisa, apapun itu harus bisa saya jalani.
Sepulang sekolah, saya buru-buru nampang di depan cermin lemari. Saya berbicara sendiri layaknya sedang menyiarkan radio. Sedikit banyak saya tertawa, "Apakah saya mampu?" jawaban benarnya adalah Harus Mampu. Ditemani seorang teman saya mengutarakan keinginan saya untuk mengisi jam kosong di radio.
Baiklah mereka menyetujuinya. Akhirnya setelah pertemuan para crew di radio, saya resmi dinobatkan sebagai salah satu penyiar radio yang memegang acara Pop Indonesia dengan durasi 3 jam setelah Magrib. Namun, saya masih dalam masa percobaan, para crew ingin melihat bagaimana kecerdasan saya membawa penggemar kembali rame setelah lumayan lama vacum.
Hari pertama tiba. Kalau saya di tanya bagaimana perasaan saya saat itu? Maka saya akan menjawabnya "Santai, tanpa nerves sekalipun". Datang di studi di temani oleh banyak teman. Mereka datang untuk memberikan kontribusi semangat bagi saya. Malam ini saya harus bisa. Saya harus memberikan yang terbaik bagi para pendengar. Hari ini pertama kali suara saya akan di dengar oleh banyak orang. Saya harus benar-benar bisa membawa emosi para pendengar untuk tetap stay tune di gelombang radio ini. Saya harus berusaha maksimal.
Atensi hari pertama hanya beberapa lembar saja. Saya hampir putus asa. Mungkinkah mereka tidak dapat menerima kehadiran saya? Saya tidak tahu. Namun saya tetap optimis, tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk hari kedua. Iya, harus.
Tidak di sangka, di hari kedua semuanya berubah. Atensi menumpuk hingga beberapa lembar. Hingga membuat saya kualahan membacanya. Sapaan dan penilaian para crew membuat saya menyingsingkan senyum tipis. Alhamdulillah kehadiran saya diterima sebagian besar fans. Semua merasa senang dengan gaya bicara saya. Bahkan mereka memberikan apresiasi yang luar biasa. Terbukti dari beberapa atensi yang saya baca, mereka menuliskan bahwa mereka sangat menikmati acara yang saya pandu. Saya semakin teristimewa, saya bersyukur kepada-Nya. Terima kasih Gusti.
Kebahagiaanku hilang. Tepatnya setelah bencana besar menghampiri tempat yang begitu saya nikmati ini. Sebuah radio yang sangat istimewa dihati saya ini harus rela berhenti karena sebuah kejadian. Pertengahan November 2007 tower pemancar sinyal RIDA FM harus mengakui keganasan petir dan angin kencang. Akibatnya, tiang penyangga sinyal itu harus ambruk dan lantak di tanah yang basah.
Beruntung kondisi radio sedang off dari jadual on air. Kalau saja kondisi radio sedang on, tamatlah semuanya. Kami dirundung pilu, bahkan hasil rapat bulananpun tidak dapat menolong kerugian radio yang cukup besar. Akhirnya dengan berat hati RIDA FM yang sudah kurang lebih 5 tahun berkiprah harus benar-benar dimatikan, hingga waktu yang tidak dapat di tentukan.
Saya dirundung nelangsa.
Kita harus berkorban, khususnya untuk segenap para fans yang lainnya. Karena kita harus rela berbesar hati berjam-jam mendengarkan radio kesayangannya hanya memutar lagu-lagu saja, tanpa ada sang pemandu acara. Mereka beralasan terlalu capek karena aktifitas diladang seharian. Baiklah, saya menenggelamkan kekecewaan dalam-dalam. Dalam fikiran saya, sudah ada media yang menarik namun harus terbengkalai begitu saja karena aktifitas para crewnya yang sangat padat.
Salah seorang teman menyadarkan saya. "Jas, kenapa tidak kamu saja yang mengisi jam-jam kosong di studio?". Jujur saat itu angan saya langsung terbang, membayangkan bila benar-benar saya yang berada di depan gelombang radio itu. Memegang microphone, memasang headset, mengtracking lagu, dan mulai berbicara. "Apa yang harus saya lakukan?", "Apa yang harus saya bicarakan?". Semuanya terasa hambyar di fikiran saya.
Pagi, Mama membawakan sarapan untuk saya. Biasalah anak lelakinya ini memang terlalu manja. Beliau menasehatiku untuk tetap bersemangat dalam meraih harapan. "Ojo ngomong ora iso le, kabeh ono dalane, tergantung awakmu nggolek'ine meyang endi!". Ada benarnya, saya harus semangat, saya harus bisa, apapun itu harus bisa saya jalani.
Sepulang sekolah, saya buru-buru nampang di depan cermin lemari. Saya berbicara sendiri layaknya sedang menyiarkan radio. Sedikit banyak saya tertawa, "Apakah saya mampu?" jawaban benarnya adalah Harus Mampu. Ditemani seorang teman saya mengutarakan keinginan saya untuk mengisi jam kosong di radio.
Baiklah mereka menyetujuinya. Akhirnya setelah pertemuan para crew di radio, saya resmi dinobatkan sebagai salah satu penyiar radio yang memegang acara Pop Indonesia dengan durasi 3 jam setelah Magrib. Namun, saya masih dalam masa percobaan, para crew ingin melihat bagaimana kecerdasan saya membawa penggemar kembali rame setelah lumayan lama vacum.
Hari pertama tiba. Kalau saya di tanya bagaimana perasaan saya saat itu? Maka saya akan menjawabnya "Santai, tanpa nerves sekalipun". Datang di studi di temani oleh banyak teman. Mereka datang untuk memberikan kontribusi semangat bagi saya. Malam ini saya harus bisa. Saya harus memberikan yang terbaik bagi para pendengar. Hari ini pertama kali suara saya akan di dengar oleh banyak orang. Saya harus benar-benar bisa membawa emosi para pendengar untuk tetap stay tune di gelombang radio ini. Saya harus berusaha maksimal.
Atensi hari pertama hanya beberapa lembar saja. Saya hampir putus asa. Mungkinkah mereka tidak dapat menerima kehadiran saya? Saya tidak tahu. Namun saya tetap optimis, tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk hari kedua. Iya, harus.
Tidak di sangka, di hari kedua semuanya berubah. Atensi menumpuk hingga beberapa lembar. Hingga membuat saya kualahan membacanya. Sapaan dan penilaian para crew membuat saya menyingsingkan senyum tipis. Alhamdulillah kehadiran saya diterima sebagian besar fans. Semua merasa senang dengan gaya bicara saya. Bahkan mereka memberikan apresiasi yang luar biasa. Terbukti dari beberapa atensi yang saya baca, mereka menuliskan bahwa mereka sangat menikmati acara yang saya pandu. Saya semakin teristimewa, saya bersyukur kepada-Nya. Terima kasih Gusti.
Kebahagiaanku hilang. Tepatnya setelah bencana besar menghampiri tempat yang begitu saya nikmati ini. Sebuah radio yang sangat istimewa dihati saya ini harus rela berhenti karena sebuah kejadian. Pertengahan November 2007 tower pemancar sinyal RIDA FM harus mengakui keganasan petir dan angin kencang. Akibatnya, tiang penyangga sinyal itu harus ambruk dan lantak di tanah yang basah.
Beruntung kondisi radio sedang off dari jadual on air. Kalau saja kondisi radio sedang on, tamatlah semuanya. Kami dirundung pilu, bahkan hasil rapat bulananpun tidak dapat menolong kerugian radio yang cukup besar. Akhirnya dengan berat hati RIDA FM yang sudah kurang lebih 5 tahun berkiprah harus benar-benar dimatikan, hingga waktu yang tidak dapat di tentukan.
Saya dirundung nelangsa.
saya juga suka dengerin radio,hahaha..iya yah,dulu kalo kirim salam kan pake atensi,skrg mah dah canggih,pake sms,bb,wa,dll
BalasHapusIya benar Mbk, dulu memang kita keterbatasan teknologi.
HapusKalau sekarang sudah seba canggih dan ada juga yang streeming.
Thanks Mbk.
hemm, kasian jas RIDA FM harus berhenti
BalasHapussemoga nanti ada radio lagi yang siip mas di balung
sukses terus sam ngeblog'e :D
Wah semoga ya Sam.
HapusAmin. Thanks yoo..
jadi ingat masa stm, gara-gara gandrung dengan radio. Bela-belain pecah celengan buat pemancar radio mini.
BalasHapusLoh Mas Yitno pernah punya Radio to. Wahhh amazing mas, pasti asik ya..
Hapusmas...mas bisa minta lagu dan salam-salam gak :)
BalasHapusHahaaa, iya salam salamnya silahkan untuk siapa? Dan reques lagu apa?. Monggo..
HapusAiih, mas Jaswan penyiar rupanya.
BalasHapusNasehat ibunya memang bener itu mas. Jangan bilang tidak bisa. Tinggal mau atau tidak.
Terima kasih Nda...
HapusPeluk sayang dari Jember.
Daftar lagi yang lain, Wan :)
BalasHapusSemangat!
Iya neng, semuanya akan ada di cerita selanjutnya. Tunggu ya.. ;)
Hapuswah... saya juga salah satu orang yang pingin banget jadi penyiar radio. tapi, kagak kesampain ampek sekarang karna memang belom ada jalannya.. anda beruntung sekali bisa bener2 jadi penyiar radio... keren.. semoga harapan saya bisa terwujud seperti anda... :D
BalasHapuslagi blogwalking silahkan berkunjung ke blog saya juga kalau ada waktu http://expresiuci.blogspot.com/
Semuanya juga tidak kusangka-sangka Mbk.
HapusTuhan telah mengatur jalannya seperti itu.
Amin, semoga kesampaian ya nanti.
Berdoa, dan berusaha.
wah sayang sekali RIDA FM harus off , semoga dapat bangkit kembali
BalasHapusIya Mbk Vina, terima kasih atas dukungannya dan Do'anya.
HapusJdi ikt trharu, hixz_ hixz_
BalasHapusKadg sya jga brfikr, kapn y bsa jdi pnyiar rdio,,??? pngeen bngeet,, ada ksempatn untk siarn barg besk malm mgu tpi g dapt izin dr sang kakak, cz jdwal'na malm, , sedih ah :-(
Met malam Mas Jaswan,
BalasHapusMenarik juga nih pengalamannya. Sayang harus berakhir tragis ya stasiun radionya. Sekarang gak siaran lagi di stasiun radio lain?
Saya di sukabumi, dulu waktu SMP suka banget sama salah atu radio swasta. Biasa kirim atensi begitu. Tak disangka puluhan tahun saya kembali bermain ke radio swasta ini. Namanya sudah berubah, dan saya kesana bukan untuk minta diputarkan lagi tapi radio itu menyediakan tempat untuk komunitas film yg saya ikuti dalam hal penyediaan ruangan untuk menonton dan diskuis ttg film yg baru saja ditonton.
Begitulah. Radio tidak mati walau teknologi hiburan dan multi media sudah melesat maju...
Salam,
Seru ya, kalo bisa jadi penyiar :)
BalasHapusTapi aku nyerah, gak bisa mixing :)
like artikelnya, info yang menarik :)
BalasHapussuplemen pelangsing badan