Dapat uang melalui internet

MASUK NERAKA SIAPA TAKUT : SALAH LAFAL ADZAN

24 Nov 2013
http://pacapaku.blogspot.com/2013/11/masuk-neraka-siapa-takut-salah-lafal.html

Adzan pertanda Ashar berkumandang dengan jelas dalam ruang dengar saya. Panas cahaya mataharipun juga tidak begitu menyengat kala sore itu. Namun aku masih sering berkali-kali mengusap keningku yang basah karena keringat. Sebab, saya masih sedang berjuang. Saya masih sedang berusaha. Dan saya masih sedang menuntasakan sebuah tanggung jawab.

Matahari mulai malu menunjukkan cahayanya. Yang terlihat hanya silauan cahaya kecil yang mulai memerah. Sementara saya menunggingkan senyum tipis, karena tugas saya tinggal sedikit lagi selesai. Saya kumpulkan rumput-rumput hijau itu, lalu buru-buru kumasukkan dalam Sak (Karung Glangsing). Ukuran Karung Glangsing itu tidak cukup besar, namun hasilku merumput sore ini cukuplah untuk pengganjal rasa lapar beberapa Kambing-kambing ku sehari semalam.

Ku bopong sak berisi rerumputan itu, lalu saya letakkan di samping kandang. Sely (nama kambingku yang paling tua) hanya melongo melihat juragannya setengah keringatan. Namun dia selalu menghargai jerih payah juragannya dalam merumput mencarikan makan dirinya dan ke dua anaknya. Sebagai hadiah kesabarannya hari ini, saya belai lembut wajahnya yang teduh itu, lalu sedikit aku cetol ujung hidungnya. Embekk, dia meraung geli.

Sahabat, sebelum saya menjadi sedewasa ini. Tepatnya lima tahun yang lalu, saya adalah seorang ABG muda yang berprofesi sebagai penggembala kambing. Saya mempunyai tiga kambing yang semuanya mempunyai paras yang manis. Sely adalah yang paling tua, dia juga berperan sebagai Ibu dari kedua anaknya. Sementara ke dua anaknya bernama Rita dan Rika.

Baiklah, dari pada ngelantur menceritakan si Sely, Rita, dan Rika. Marilah kita melanjutkan ke tema cerita kita. Tentang sebuah kejadian yang mampu membuat saya shock dan terus dihantui rasa takut. Kejadian yang tidak sengaja saya lakukan, namun saya enggan untuk mengakuinya. Bahkan saya rela bungkam dan terus membenarkan apa yang telah saya lakukan, walaupun itu sebenarnya salah.

Seperti biasa, setelah saya pulang dari merumput dan menggembalakan kambing. Saya selalu aktif untuk berangkat mengaji di salah satu Pondok Pesantren di desa tempat tinggal saya. Saya belajar tentang ilmu Nahwu, Tajwid, Tauhid, Fiqih, Kitab Kuning dan lain sebagainya. Saya menikmati sekaligus bangga, karena saya mempelajari ilmu yang tidak saya dapatkan di bangku sekolah. Tidak ayal bila tulisan arabku dan pelajaran agamaku selalu berada di atas rata-rata. Alhamdulillah.

Selain saya belajar ilmu keagamaan, saya juga salah satu santriwan yang paling aktif menjadi Muadzin kala waktu sholat tiba. Biasanya waktu Sholat Maghrib dan Isya'. Entahlah mengapa saya begitu suka sekali ber-Adzan, Puji-pujian, dan Iqomah? Serasa ada nikmat tersendiri yang saya rasakan. Secara tidak langsung, saya telah mengajak Umat Muslim di dunia ini untuk segera merapatkan shafnya dalam barisan Sholat.

Pada suatu ketika, ketika waktu Sholat Maghrib tiba. Saya percepat langkah kaki untuk menuju Masjid berkeramik putih di muka Pondok. Iya, saya akan melakukan kebiasaan sehari-hari untuk menjadi Muadzin kala itu. Setelah saya mengambil Wudhu', buru-buru saya nyalakan mikrofon Masjid. Bismillahirrohmanirrohim. Saya ucapkan do'a sebelum Adzan, lalu saya wiwiti Adzan itu dengan ucapan Allahu Akbar Allahu Akbar dua kali dengan lantang.

Allahu Akbar Allahu Akbar. 2x
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. 2x
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. 2x
Hayya' Alash Shalaah. 2x
Hayya' Alal Falaah. 2x
Allaahu Akbar Allahu Akbar. 1x
Laa Ilaaha Illallaah. 1x

Seperti yang saya ceritakan diatas, saya terbiasa ber-Adzan. Maka dari itu, saya selalu percaya diri dalam melafalkannya bait demi baitnya. Semua Santriwan dan Santriwati pun juga demikian. Terbiasa dengan suara saya saat ber-Adzan. Tidak terkecuali para Kiai dan para sesepuh yang lain. Namun tidak saya sangka dan juga tidak saya sengaja, saya salah melafalkan dua bait lafal Adzan saya. Semuanya di luar fikiran saya, perasaan saya hanya satu. Bahwa saya telah menuntaskan Adzan dengan Tajwid yang sempurna.

Namun, perasaan hati saya berbeda setelah lafal Laa Ilaaha Illallaah penutup Adzan itu telah saya kumandangkan. Ada yang aneh dengan Adzan saya, bahkan semuanya yang mendengarkan Adzan saya tidak ada yang menyalahkan saya. Beginilah lafal Adzan yang saya kumandangkan melalui pengeras suara masjid besar saat itu.

Allahu Akbar Allahu Akbar. 2x
Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah. 2x
Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. 2x
Hayya' Alal Falaah. 2x
Hayya' Alash Shalaah. 2x
Hayya' Alal Falaah. 2x

Allaahu Akbar Allahu Akbar. 1x
Laa Ilaaha Illallaah. 1x

Betapa sangat memalukan apa yang sudah saya lakukan hari itu. Setelah Dzikir seusai Sholat itu berakhir, saya dipanggil oleh sang Kiai. Fikiran saya sudah mulai tidak karuan. Biasanya salah seorang santri bila dia sudah dipanggil oleh Kiai, berarti sudah barang pasti santri tersebut bermasalah. Namun, apa salah saya?

Fikiran saya berkecamuk bercampur takut. Dengan langkah kaki ringan saya menghadap Kiai dengan muka penuh tanda tanya. Saya ketuk pintu sembari mengucap salam. Kiai menjawab salam saya dan mempersilahkan saya duduk bersila dihadapanya.

Saya : Wonten nopo Kiai nimbali kulo? (Ada apa Kiai memanggil saya?).

Kiai : Berdehem sambil membetulkan peci saya yang ternyata miring. Beng (Nak atau Le) ngerti salahmu dino iki mau opo? (Mengerti kesalahanmu hari ini apa?).

Saya : Tetap bersila dan menggelengkan kepala dengan menundukkan kepala.

Kiai : Opo awakmu ora di warai coro ngucap Adzan sing apik lan betul karo gurumu? (Apa kamu tidak diajari cara mengucap lafal Adzan yang baik dan betul oleh gurumu?) Lalu beliau turut bersila di sampingku.

Saya : Nafas saya mulai tidak teratur, keringat saya menggumpal di seluruh badan. Dipun raosi Kiai. (Diajari Kiai). Mata saya mulai berair. Ternyata perasaan saya benar, saya salah mengucap lafal Adzan tadi. Nanging, kulo mboten sengojo Kiai. (Namun saya tidak sengaja Kiai).

Kiai : Memukul ringan pundak saya. Yo wes, ojo di baleni maneh yo Beng! (Ya sudah jangan di ulangi lagi!). Beliau tersenyum lantas mempersilahkan saya undur diri.

Saya : Mencium tangan kanannya lantas mengucap salam. Saya melangkah dengan rasa bersalah meninggalkan Kiai. Namun kaget belum jauh saya melangkah, Kiai memanggil saya kembali.

Kiai : Beng!

Saya : Kaget, lalu saya menoleh. Enjih Kiai. (Iya Kiai).

Kiai : Mengko Isya' awakmu Adzan maneh yo Beng, suaramu manteb tenan. (Nanti Isya' kamu Adzan lagi ya Nak, suaramu sungguh bagus). Beliau kembali tersenyum tipis.

Saya : Matur sembah nuwun Kiai. (Terima kasih Kiai). Membalas senyum ramah itu lantas berlalu.

Saya kembali menuju kelas. Teman-teman sekelas rupanya cemas mengetahui saya dipanggil oleh Kiai. Mereka menghujani pertanyaan demi pertanyaan kepada saya. Tentang hukuman apa yang saya dapatkan dari kesalahan Adzan saya waktu Maghrib tadi. Rupanya mereka tahu tentang kesalahan lafal Adzan saya tadi. Sebagian dari mereka mengejek saya dengan wajah sinisnya. Sebagian lagi juga memandang saya acuh. Namun ada juga yang masih mengasihani saya walaupun itu sedikit.

Ejekan dari teman-teman terus saja di hadiahkan kepada saya. Sebagai manusia yang mempunyai hati, sayapun tersinggung. Saya bersih keras menampik celotehan mereka. Bahwa saya telah melafalkan Adzan itu dengan baik, benar, dan sesuai tadwid. Saya semakin membela diri saat mereka semakin lantang mengolok-olok saya. Pada intinya, saya tidak mau di salahkan terus menerus.

Saya terus membela diri, walau sebagian teman dekat juga turut menyalahkan saya. Saya merasa benar bahwa yang saya lafalkan memanglah benar salah. Dan kesalahan itu memanglah fatal dan sangat memalukan. Saya hanya tidak mau, teman-teman terus selalu mengejek saya dan terus meyalahkan saya. Dan pembelaan inilah yang membuat saya justru semakin bersalah dihadapan-Nya. Karena saya tidak mau mengakui kesalahan saya sendiri.

Waktu Isya' hampir tiba. Tekad saya kuat, saya harus berkonsentrasi dan berhati-hati. Saya harus bisa, dan tidak mengulangi kesalahan saya untuk yang kedua kalinya. Saya bagai dilihat beribu-ribu orang di dalam masjid. Setelah membasahi muka, tangan, telinga, dan kedua kaki, saya melangkah menuju mimbar masjid. Saya ber-Adzan untuk menepati janji dengan Kiai. Rupaya beliau juga sudah menanti saya di dalam masjid. Beliau tersenyum lantas saya memulai Adzan Isya'. Dan saya berhasil dengan baik. Tidak ada sepatah kata apapun dari Kiai, selain senyumnya yang semakin manis, dan wibawanya yang semakin menawan. Alhamdulillah.




37 komentar:

  1. Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
    artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta,
    mohon dicek apakah namanya sudah ada atau belum di daftar peserta,
    bila belum, harap segera konfirmasi ke admin melalui kolom komentar yang ada,
    salam santun dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah di Cek Pak, dan masuk di garis akhir nama saya.

      Terima kasih ya Pak, selamat menjuri...

      Hapus
  2. dulu saya pernah dneger muadzin yg salah,kurang tapi namanya juga lupa atau mgkin g fokus hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduhh ternyata ada juga yang sama dengan saya.

      Semoga dia tidak salah-salah lagi Adzannya. :)

      Hapus
    2. Saya jugapernh adzan subuh seperti adzan magrib , tapi tidak ada niat berbuat salah , khilaf , kerjaan setan mas , mau gmana lagi

      Hapus
  3. Mantap Beng.. Ora kabeh wong wani koyo sampeyan cak.. Biasane yen salah yo wis grogi yen ape mbaleni maneh
    Sip Beng hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah niate ugo apik Mas.

      Mencoba lebih baik dari yang sebelumnya..

      Hapus
  4. pantang menyerah masbro.., cukup kesalahan itu sebagai pelajaran..! *smile

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, itu harus. Keep Smile kembali :)

      Hapus
  5. aku juga pernah salah kayak gitu. namanya lupa mau gimana lagi. perasaan belum. jadi ya di ulangi lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau salahnya berkali-kali kayaknya lebih memalukan deh Mas. Hehee..

      Hapus
  6. biasanya kalo udah ngerasa bisa udah kebawa PD aja ya mas, hehehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Rani, Pas PDnya keluar ternyata itu salah. Haduhh #PegangKepala.

      Hapus
  7. Kesalahan yg tidak disengaja insya Allah ga dosa ya

    BalasHapus
  8. Semoga yang dicatat adalah tekad mas Jaswan memperbaiki kesalahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Terima kasih ya Nda. Harus tidak boleh salah lagi. Harus pokonya.

      Hapus

  9. namanya juga gak sengaja...
    yang terpenting adalah mengakui dan berusaha memperbaiki :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mbk. Semoga saya juga tidak lupa lagi.

      Hapus
  10. hihihi... hal yang manusiawi jas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahh ada juragan. Betul Mbk, semoga saya dimaafkan..

      Hapus
  11. Alhamdulillah, ternyata kamu masih hafal teks azan... Haha... *kabooor

    BalasHapus
  12. Lagi asyik-asyik timbul perasaan gerogi jadi bingung ya Kang. Ha,, ha,, ha,,,, (manusiawi........)

    Salam,

    BalasHapus
  13. Cara mengingatkan Kiai yang mengingatkan kiai saya dulu ketika mondok di Jombang. Meski salah, tapi tidak marah, justru malah diminta adzan isya ya, Mas.

    BalasHapus
  14. ya sekali dua kali salah masih wajar... yang penting ada niat baik dalam azan..

    BalasHapus
  15. kesalahan namun kemudian ada niat untuk memperbaiki, dan kemudian bisa menyadari lalu melakukan perubahan yg lebih baik..itu adalah sesuatu yang membanggakan

    BalasHapus
  16. harusnya kiat bs bersikap seperti kyai itu, ya. Bijak ketika melihat sesuatu yg salah. Bukan malah diejek atau ditanggapi dengan sinis. Sayangnya ini yg sering terjadi di sekeliling kita

    BalasHapus
  17. Saya juga pernah salah adzan, astagfirullah malunya luar biasa. Saya sungguh merasa berdosa, lalu saya istighfar ya alhamdulillah lebih tenang tapi tetap kepikiran. Astagfirullah

    BalasHapus
  18. Saya juga pernah sslah iqamah pas adzan isya,,,bener dehh malunya,,,ini mmbuat shalat saya tdak khusyu saya mengucapkan kalimat adzan alauakbar2kali ternyata itu iqamah semoga aja dosa saya diampuni Aamiin

    BalasHapus
  19. Saya juga pernah sslah iqamah pas adzan isya,,,bener dehh malunya,,,ini mmbuat shalat saya tdak khusyu saya mengucapkan kalimat adzan alauakbar2kali ternyata itu iqamah semoga aja dosa saya diampuni Aamiin

    BalasHapus
  20. Percaya ngk percaya saya juga baru melakukan kesalahan pada saat adzan #pengulangan yg dikira sudah ternyata belum dikumandangkan, malu.. merasa bersalah.. pasti ada.. cuma ngk mau terlalu berlarut larut.. banyakin latihan dan kosentrasi aja saat adzan.. semoga masih diberi kepercayaan untuk terus ber adzan...aamiin

    BalasHapus
  21. Kejadiannya sama persis dengan yang saya alami, ketika azan subuh saya lupa menambahkan kalimat assalatu khairum minan naum .... tapi imam masjidnya diam saja dan tetap melanjutkan sholat sunah dan sholat subuh, manusiawi lupa ..... tapi sebagai cambuk untuk tidak mengulangi lagi kesalahan.

    BalasHapus
  22. Insya Allah Tuhan Maha Pengampun

    BalasHapus
  23. Judulmu gantilah, seperti judul judul orang yang mempermainkan perkara akhirat.

    BalasHapus
  24. Jika muadzin lp mngucapkan ash sholatu khairunminannaum.
    Maka dknal para ulama bhwa adzan ny sah
    Mngucapkn lafaz ash sholatukhairum minannaum hukum ny sunnah bkn wajib dgn dalil bhwa abdullah bin zaidradhiyallahu anhu
    Ktika mlihat adzan dlm tdr ny bliau mlihatny dan tidak ada lafadz ini maka ucapan ini tdk wajib jika dkumandangkan oleh seseorang dlm adzn shubuh stlh masuk waktu subuh maka itu lbh utama dan jika tdk mlafadzkan nymaka tdk mngapa...
    Saya juga pnah lupa saudara
    Tapi kdpn ny harus konsentrasi lagi. ..Jgn putus asa

    BalasHapus
  25. Astaghfirullah saya juga pernah salah adzan, semoga allah mengampuni kekhilafan hamba 😇😇

    BalasHapus
  26. Tanggal 21 bulan November 2018 saat sholat subuh saya pas adzan tiba tiba lupa apakah saya berdosa saya kecewa saya merasa malu 😭😭😭😭

    BalasHapus