|
Rumah Belajar VI Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia |
Sudah tiga bulan terakhir ini saya menyandang profesi sebagai tenaga pendidik sukarelawan di
Rumah Belajar IPK. Walaupun jadwal mengajar saya hanya dua hari dalam sepekan namun saya merasakan sensasi baru dalam hidup saya. Saya sangat berbangga, bisa membagi ilmu yang dulu pernah saya dapatkan saat masih duduk di bangku sekolah.
Ini memang kegiatan nyata yang sudah lama saya idam-idamkan. Sebuah kegiatan yang sedikit banyak dapat membuat desa tempat tinggal saya lebih maju dan dapat menjadi referensi bagi desa-desa lain. Dan khususnya bagi para pemuda-pemuda di desa lain agar dapat berfikir lebih positif dan berkembang. Itu adalah salah satu visi misi kami.
Ternyata mengajar itu tidaklah mudah. Ada banyak hal yang harus kita persiapkan. Khususnya mental dan database pembahasan setiap sub bab yang akan diajarkan. Dengan adanya kegiatan baru, akhirnya mau tidak mau saya harus kembali membongkar gudang penyimpanan buku-buku pelajaran yang masih bisa manfaatkan untuk saya pelajari. Sebelumnya saya sedikit kesulitan, karena saya harus berusaha menerapkan apa yang sudah saya tulis dan juga saya dengarkan saat saya dulu masih dibangku sekolah dasar.
Saya kembali rajin brosing beberapa artikel di alam maya hanya untuk mencari referensi-referensi
'bagaimana cara menciptakan suasana kelas yang menyenangkan namun tetap bisa fokus terhadap bab yang dibahas'. Apalagi target saya adalah anak-anak yang masih terlalu dini untuk bisa diajak lebih lama fokus tetang suatu hal. Ini tantangan bagi saya, namun saya harus belajar melakukannya.
Beberapa tahun lalu saya pernah mempunyai anak didik yang juga meminta saya untuk mendampingi proses belajar mereka. Tidak banyak memang, hanya enam orang, dan rata-rata mereka duduk di tingkat sekolah menengah. Setiap hari mereka membuat janji dengan saya,
'kapan saya bisa mengajari mereka'. Dan sayapun dengan senang hati membantu mereka semua. Membantu persiapan ujian tryout dan ujian-ujian sekolah yang selalu membuat pusing seluruh pelajar di negeri ini. Bukan berarti saya memahami semua pelajaran di sekolah, namun saya yakin bisa sedikit banyak membantu mereka dalam belajar.
Pernah Mengajar Ngaji Di Mushola
Dulu, saat saya masih belajar aktif di pesantren. Saya juga pernah dipercaya oleh salah seorang pemilik mushola di dekat rumah untuk mengajar ngaji. Baik itu tauhid, tajwid, dan lain-lain. Dan saya juga kawan-kawan yang lain menerimanya dan melakukannya dengan senang hati. Namun sayangnya kegiatan mulia itu harus kandas karena seiring kesibukan saya dan kawan-kawan. Kami harus berpisah untuk melanjutkan sekolah di tingkat menengah masing-masing. Ada yang hijrah ke wilayah kota dan sementara saya harus menggayuh sepeda untuk melanjutkan sekolah di wilayah kecamatan.
Namun ingatan adik-adik terhadap kami masih tetap baik. Mereka masih tetap bertegur sapa mengucap salam saat berpapasan. Oh ya, mereka semuanya menyebut saya
"Ustadz Jaswan", hahay saya sering kali geli mendengar kalimat itu, padahal muka saya tidak cukup mirip seperti Opick, hehee.
Kembali ke Rumah Belajar IPK. Berdasarkan pengalaman-pengalaman diatas saya semakin yakin, saya adalah orang yang beruntung dapat menyalurkan cita-cita saya yang belum sempat saya wujudkan. Menjadi guru adalah hal yang mulia, dan saya juga tidak menuntut kompensasi kepada mereka semua. Kegiatan saya ini murni sukarelawan. Kami hanya mengumpulkan kas mingguan yang tidak mengikat dari masing-masing anggota IPK. Dan kami biasa menyebutnya shodaqoh. Karena kami bukan berdiri karena lembaga atau apapun, ini hasil pemikiran para pemuda yang ingin membuat desa tempat tinggalnya di tinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Amin. Do'akan kegiatan kami langgeng ya sahabat blogger semua!!!!
|
Mengabsen Kehadiran Rumah Belajar VI |
|
Latihan Tugas Pelajaran Bahasa Indonesia |
|
Memimpin Rapat Evaluasi Setelah Kegiatan Selesai |
|
Sholah Dzuhur Berjamaah di Mushola |
subhanallah ustad Jaswan :)
BalasHapussemoga kegiatan ini semakin berkembang dan ditiru pemuda-pemuda lainnnya.. aamiin
Amin. Terima kasih ya Pak Ustadz.
Hapuswaaaaa hebaaat......:))
BalasHapusTerima kasih Mbk Puji.
Hapussenang sekali membaca artikel ini,,,menjadi tenaga pengajar sukarela adalah tugas mulia yang tidak semua orang mampu melakukannya....salut dua jempol untuk anda....
BalasHapuskeep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
Amin. Terima kasih atas do'anya juga suportnya Pak. Insyaallah berkembang kegiatan ini.
Hapuskalau saya kadang bantuin teman di Save Street Child. Kadang juga bantuin ngaji di TPA. tapi jurusan dongen hehehhe.... tiap Selasa ngajar ekskul PMR di sebuah SMA juga...
BalasHapusSaya juga mau di dongengi Mbk Vier. Hehee. Sukses untuk PMR nya.
HapusWah, semoga berkah & bermanfaat ilmunya, Ustaz... :). Tentunya ini pengalaman berkesan yang tak terlupakan. Saya juga sering tuh disuruh ngajar. Tapi kalau di kelas, em... belum terbayang bagaimana menghandle-nya :D.
BalasHapusJangan panggil saya ustadz mak. Masih perlu proses panjang untuk mendapat julukan tersebut. Hehee. Berjuang terus :)
HapusWaah mantap mas...! Lanjutkan!
BalasHapusDulu, saat galau pilih jurusan di kuliah. Sempet kepikiran ambil FKIP akhirnya urung :D
BalasHapusDari dulu sebenernya pengen banget jadi guru cuma ya lagi-lagi ngerasa nggak bakat ngajar xDD
Seru kayaknya kalo jadi guru, keren mas bisa ngerasain belajar jadi guru :D
Seru ya mengajar anak-anak. Apalagi anak-anaknya lucu semua :)
BalasHapusSaya salut dengan anak-anak muda yang mau terjun langsung di bidang pendidikan ...
BalasHapusAnak-anak pasti akan menikmatinya ...
karena mereka bagaikan belajar dengan kakak sendiri ... jadi lebih enak ...
Sukses terus ya Wan ...
Salam saya Wan
(18/3 : 12)
Aku salut padamu karena memiliki kepedulian pada pendidikan anak-anak generasi penerus bangsa
BalasHapusSemoga kegiatan ini dapat bertahan dan akan memerbikan manfaat kepada lebih banyak anak.
Semangat yaaa....
Menjadi tenaga pengajar sukarela? Wah itu hebat sekali...
BalasHapusTak banyak anak muda yang mau melakukannya.
Kalian hebat!
Senang melihat kegitan kecil ini, dan tentunya besentuhan langsung dengan lingkungan dan anak-anak dapat memberikan kebahagian sendiri ya Mas.
BalasHapusSalam